Pada Tanggal 27 November 2021 Yayasan Jalantara berkesempatan menjadi salah satu pemapar materi dalam seminar yang digelar oleh Himpunan Mahasiswa Kimia FMIPA Universitas Islam Indonesia Yogyakarta. Kami berkesempatan urun gagasan dalam dialog ilmiah bersama salah satu pakar Biodiesel di Indonesia Dr. Tatang Shabur yang telah banyak melakukan riset dan jurnal ilmiah internasional serta paten dibidang Biodiesel.
lewat diskusi yang menarik kami memberikan insight lain tentang pemanfaatan biodiesel yang kami dorong agar digunakan sebagai energi produktif masyarakat untuk memproduksi banyak produk turunan dan aplikasi kaya manfaat dari limbah minyak jelantah agar sisi benefit dan mikro ekonomi dapat berputar secara sirkular.
pemaparan dari narasumber yang berkompeten dalam teknologi dan alternatif teknik produksi biodiesel memberikan ruang luas untuk memudahkan masyarakat memproduksi biodiesel. Alat yang telah dihasilkan oleh pemateri juga memiliki kualitas yang baik dengan memberikan yield Fatty Acid Methyl Ester yang sangat besar dengan katalis heterogen maupun homogen dengan penambahan co-solvent serta penggunaan katalis yang biodegradable dan dapat dipakai berulang.
diskusi menghangat saat membicarakan bagaimana aplikasi teknologi hasil riset universitas dapat dimanfaatkan dan diterapkan di masyarakat terutama masyarakat desa tempat program pemberdayaan desa yang bekerjasama dengan Kementerian pendidikan dan kebudayaan tahun 2021 yaitu di desa Umbulmartani kecamatan Ngemplak Sleman D.I Yogyakarta sebagai desa binaan dan percontohan aplikasi pemanfaatan limbah minyak jelantah sebagai biodiesel dan produk kebermanfaatan lain.
minyak jelantah menjadi pengotor yang sangat merusak lingkungan terutama perairan yang akan menurunkan kualitas biota air dengan potensi 16 juta kilo liter minyak jelantah namun baru sebatas tiga juta kilo liter yang dapat dikumpulkan dengan 18-20% kembali ke pasaran menjadi minyak goreng rekondisi yang dapat menurunkan kesehatan masyarakat. Baru sekitar 570 ribu kilo liter yang dapat diubah menjadi biodiesel di dalam negeri, selebihnya minyak jelantah lebih banyak di ekspor ke negara tujuan ekspor di eropa dan amerika dengan nilai ekspor yang terus meningkat dari tahun ke tahun. masih sangat besar angka pencemaran minyak jelantah yang berada diruang terbuka seperti tanah, saluran air dan reservoir. hal ini juga disebabkan harga pokok produksi biodiesel yang tinggi dibandingkan dengan menjual langsung dalam bentuk minyak jelantah selain itu produk yang dihasilkan masyarakat dalam bentuk biodiesel memiliki penyerapan yang sangat minim oleh pihak lain.
disatu sisi minyak jelantah memiliki potensi besar apabila dapat dikembangkan secara modern dengan memperhatikan pengembangan komunitas mandiri yang mampu mengelola dan mengolah limbah mereka sendiri seperti dijadikan bahan pembersih yang penyerapannya sangat tinggi. keuntungan mengubah minyak jelantah menjadi bahan permbersih atau produk turunan surfaktan adalah hasil akhir produk berbentuk cair dan biodegradable dibandingkan menjadi bahan bakar yang pada akhirnya melepas karbon dioksida ke udara. meskipun energi biodiesel masih jauh lebih baik dibandingkan energi fossil karena adanya net-zero emission dari bahan bakar nabati ini dimana dalam daur hidupnya melakukan konversi karbon dioksida menjadi oksigen. melepaskan karbon dioksida dari energi fossil akan menambahkan gas rumah kaca ini dalam siklus yang sudah ada. karbon yang sudah jutaan tahun menjadi liquid diubah kembali menjadi gas yang meningkatkan suhu bumi akibat efek rumah kaca.
kami dari yayasan Jalantara merasa sangat bangga dengan banyaknya generasi milenial yang concern dengan isu perubahan iklim. melihat banyaknya aktifitas pendampingan yang dilakukan baik oleh universitas, organisasi masyarakat, lembaga riset dan komunitas peduli alam lainnya. disisi lain perusahaan-perusahaan yang juga termasuk pentahelix dapat ditekan agar melakukan dukungan kepada pihak-pihak tersebut agar bersama masyarakat, media, universitas, dan pemerintah dapat berkolaborasi untuk bisa menurunkan carbon footprint masyarakat indonesia yang telah mencapai 2.2 ton pertahun per orang. angka yang sangat tinggi dan masuk lima besar dunia bersama USA, China, India dan banyak negara lain. apakah Indonesia dapat menjadi pembeda, atau tetap menjadi penyumbang besar perubahan iklim? semua tergantung keseriusan semua pihak dalam kolaborasi tackle climate change.